Rabu, 12 Juli 2017

Kebudayaan Suku Minahasa

By: salman On: 07.44
  • Share The Gag
  • Suku Minahasa
    Suku Minahasa adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Sulawesi Utara, Indonesia. Suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi Sulawesi Utara. Minahasa (dahulu disebut Tanah Malesung) adalah kawasan semenanjung yang berada di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kawasan ini terletak di bagian timur laut pulau Sulawesi. Minahasa juga terkenal akan tanahnya yang subur yang menjadi rumah tinggal untuk berbagai variasi tanaman dan binatang, darat maupun laut. Terdapat berbagai tumbuhan seperti Kelapa dan kebun-kebun Cengkeh, dan juga berbagai variasi buah-buahan dan sayuran. Fauna Sulawesi Utara mencakup antara lain binatang langka seperti burung Maleo, Kuskus, BabiRusa, Anoa, dan Tangkasi (Tarsius Spectrum).
    Daerah Minahasa dari Sulawesi Utara diperkirakan telah pertama kali dihuni oleh manusia dalam ribuan tahun SM an ketiga dan kedua. Orang Austronesia awalnya dihuni China selatan sebelum pindah dan menjajah daerah di Taiwan, Filipina utara, Filipina selatan, dan ke Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
    Senjata Tradisional Suku Minahasa
    Setiap wilayah di Indonesia memiliki senjata tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Jika Aceh memiliki rencong dan Jawa Barat memiliki kujang maka Sulawesi Utara memiliki salah satu senjata tradisionalnya yang bernama pedang bara Sangihe. Pedang bara Sangihe dahulu dikenal sebagai salah satu senjata yang digunakan oleh salah satu Pahlawan Sulawesi Utara bernama Hengkeng U Nang. Sejak kecil Hengkeng U Nang diketahui rajin mengasah keahliannya bergulat dan juga ketangkasannya dalam bermain pedang bara. Hengkeng U Nang yang berasal dari Timeno Kiawang Siau ini dikenal mahir memainkan pedang bara. Bahkan ketika berperang dia tidak jarang menggunakan pedang bara untuk melawan musuh-musuhnya. Pahlawan yang lahir pada tahun 1590 ini bahkan pernah diangkat menjadi Kontraktor Proyek Pembangunan Armada Angkatan Laut pada tahun 1612. Pedang bara Sangihe memiliki gagang dua cabang. Tidak hanya pada gagang, pada ujung pedang bara juga memiliki dua cabang yang diantara dua cabang tersebut terdapat gerigi-gerigi. Pedang bara Sangihe menjadi salah satu senjata tradisional kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara dan menjadi salah satu kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia.




    Tarian Tradisional Suku Minahasa
    Provinsi Sulawesi Utara memiliki beragam seni tari atau tarian tradisional yang sudah terkenal. Provinsi yang beribukota di Manado ini memiliki penduduk dengan etnis utama adalah suku adat Minahasa, suku Sanggihe, Talaud serta suku Bolaang Mangondow. beberapa lagu daerah yang eterkenal juga di daaerah sulawesi utara antara lain O Ina ni keke, Esa Mokan, Sitara tillo dan Sipatokaan. Adapun tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Sulawesi Utara ini sebagian besar merupakan tarian adat dan tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Kemudian tari-tarian tradisional Sulawesi Utara tersebut mengalami perubahan dan pengembangan hingga saat ini kita dapat menyaksikan kreasi dari beberapa tari tradisional Sulawesi Utara tersebut. Beberapa jenis tari dari Provinsi Sulawesi Utara tersebut antara lain :
    1.    Tari Maengket
    Tari Mangengket merupakan tarian tradisional yang berasal dari suku Minahasa yang merupakan suku asli penduduk Provinsi Sulawesi Utara. Kata Maengket sendiri berasal dari bahasa Minahasa yang berarti mengangkat tumit kaki naik turun. Tari Maengket ini sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama menanam padi di ladang. Kalau dulu Maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang sederhana, maka sekarang tarian maengket telah berkembang baik bentuk pertunjukannya dan juga tarinya tanpa meninggalkan keaslian terutama syair/sastra lagunya. Tari maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak, Lalayaan. Moawey Kamberu adalah tarian yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada saat panen padi berlimpah.
    2.    Tari Mahambak
    Tari Mahambak berasal dari suku Bantik di Sulawesi Utara yang merupakan sarana pengungkapan perasaan komunal orang Bantik yang bermukim secara terpencar dan berkelompok dibeberapa pusat tinggal antara lain di Malalayang, Molas, Ongkow dan Boyong. Karena terpisang - pisah, maka suku Bantik ini saling merindukan satu sama lainnya hingga melahirkan persaan persatuan dan kerukukan. Nilai-nilai persatuan dan kerukunan itu tercermin sangat jelasnya dalam bait-bait syair yang dinyanyikan dalam Tari Mahambak.
    Mahambak yang secara harfiah berarti bergembira dan bersukacita, merupakan tarian yang ditampilkan pada acara kegembiraan seperti naik rumah baru, panen raya yang berlimpah dan upacara adat lainnya. Berikut salah satu contoh syair dari Mahambak Bantik karya G Kiroh :
    Matungkobey kite bantik ingkasa kata ada Bantik suin sau taya ma bata .Dandi suka nayang – anyang ingkasa kata  Ada Bantik suin sau tayamabata ,Matungkobey kite Bantik ingka sa kata , Botete kite maya botete kite maya suin Kabantikan Kite maya suin sau age nu intuhuan”.
    Terjemahan bebas : Ajakan persatuan kembali anak suku Bantik yang sudah lama terpencar akibat tenggelamnya pulau Panimbulang ,Kita menyanyi bersama-sama,mari kita menari bersama-sama Kita jalin kembali persekutuan Bantik . Mari kita suku Bantik bersatu padu . Ayo marilah kita bersatu hai anak suku Bantik . Jika kita bersatu kembali maka kita akan menjadi rukun kembali . 
    Ada 2 jenis tari mahambak bantik, yaitu mahambak tradisional dan mahambak imbasan. Mahambak tradisional yaitu tarian dengan gerakan menghentakkan kaki tanpa diiringi tambur. Sedangkan mahambak imbasan adalah tarian tradisional dengan penyanyi Solo , duet dan trio di iringi tambur.